RASOOLne farmaya k mujhpe ALLAH ne ALI a.s ki WILAYAT ka Aelaan laazim kia tha.. or agar me esa na karta to mujh per azaab hota..(ghayat ul maraam) to ye tha wo dar jo RASOOL ko bhi tha.. or is darr k saath unhone ummat ko daraya.. or MOLA ko isi liye munzir nahin kaha gaya k ALLAH munzir nahin ho sakta.. or ab dekhte hen haadi..
Log In Get the Reddit app Scan this QR code to download the app now Or check it out in the app stores Home Popular Topics Gaming Valheim Genshin Impact Minecraft Pokimane Halo Infinite Call of Duty Warzone Path of Exile Hollow Knight Silksong Escape from Tarkov Watch Dogs Legion Sports NFL NBA Megan Anderson Atlanta Hawks Los Angeles Lakers Boston Celtics Arsenal Philadelphia 76ers Premier League UFC Business GameStop Moderna Pfizer Johnson & Johnson AstraZeneca Walgreens Best Buy Novavax SpaceX Tesla Crypto Cardano Dogecoin Algorand Bitcoin Litecoin Basic Attention Token Bitcoin Cash Television The Real Housewives of Atlanta The Bachelor Sister Wives 90 Day Fiance Wife Swap The Amazing Race Australia Married at First Sight The Real Housewives of Dallas My 600-lb Life Last Week Tonight with John Oliver Celebrity Kim Kardashian Doja Cat Iggy Azalea Anya Taylor-Joy Jamie Lee Curtis Natalie Portman Henry Cavill Millie Bobby Brown Tom Hiddleston Keanu Reeves Animals and Pets Anime Art Cars and Motor Vehicles Crafts and DIY Culture, Race, and Ethnicity Ethics and Philosophy Fashion Food and Drink History Hobbies Law Learning and Education Military Movies Music Place Podcasts and Streamers Politics Programming Reading, Writing, and Literature Religion and Spirituality Science Tabletop Games Technology Travel Resources About Reddit Advertise Help Communities Rereddit Topics Blog Careers Press Content Policy Privacy Policy User Agreement Reddit, Inc. © 2023. All rights reserved. Go to TAbSQ r/TAbSQ r/TAbSQ Members Online • by TabSQ اَطِیْعُوا اللّٰہ وَ اَطِیْعُوا الرَّسُوْلَ Ati Ullah Wa Ati Ur Rasool More posts you may like
Birth& influence of Father. Hadhrat Shaykh Maulana Muham­mad Hasan (Damat Barakatuhum) was born in Bod­han Gujarat India in the year 1930. His father's name was Yusuf (Rah­mat­ul­lah Alaih). His father besides being punc­tu­al of his oblig­a­tory duties was also very punc­tu­al in pray­ing Nawafil (supereroga­to­ry) prayers par
Makna dari kalimat di atas adalah “Taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu”Surat An-Nissa ayat 59. Sebuah gambaran yang jelas dan saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Jangan mengambil sepotong-sepotong saja, saya langsung ke Allah saja, ndak usah sholat. Sering kita mendengar ungkapan seperti itu, apalagi dalam dunia kebatinan. Sebagian kelompok malah tidak percaya ke rasul. Buat apa sholat, toh saya langsung minta petunjuk kepada Allah. Boleh saja berpendapat seperti itu, tetapi coba kita baca sejarah, Nabi Muhammad saja melalui perantara Malaikat Jibril ketika menerima wahyu. Apa kita sudah merasa melebihi beliau dalam soal perilaku dan ibadah? Kalau memang sudah merasa sederajat dengan Nabi Muhammad, ya ndak apa-apa, tidak ada yang memaksa, tetapi ayat di atas sudah menjadi acuan yang jelas. Kalau kita percaya kepada Allah, ya otomatis harus mau percaya kepada rosulnya. Kalau cinta kepada Allah, ya harus cinta kepada rosulnya. Cinta kepada rosulnya itu seperti apa, ya melakukan apa yang sudah dilakukan oleh rosul, rukun islam dan rukun iman. Dengan begitu maka secara otomatis akan cinta kepada Allah. Lha kok ada ulil amri? Kita bisa tahu soal agama apa langsung dari Rosululloh, kan tidak. Kita tahu agama kan lewat orang tua, para kyai,para wali,para ulama. Ulil amri jangan diartikan pemimpin pemerintahan saja tetapi ulama, kyai juga pemimpin. Taat kepada pemimpin disini adalah dalam hal kebaikan dan kebaikan adalah wujud dari iman itu sendiri. Jadi klopkan. Makanya jangan mengaku cinta kepada Allah kalau tidak cinta kepada rosulnya. Jangan mengaku cinta pada rosul kalau kita tidak mencontoh beliau. Jangan mengaku cinta pada rosul jika kita tidak taat pada pemimpin kita. Dalam Al Quran terdapat sebuah ayat yanh sangat sering dikutip oleh para politisi Partai Islam terutama di musim kampanye menjelang Pemilu. Namun yang kita sayangkan ialah umumnya mereka mengutip ayat tersebut secara tidak lengkap alias sepotong saja. Lengkapnya ayat tersebut berbunyi sebagai berikut يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Qur’an dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” QS. An-Nisa [4] 59 Mengapa ayat ini begitu populer dikumandangkan para jurkam di musim kampanye? Karena di dalamnya terkandung perintah Allah agar ummat taat kepada Ulil Amri Minkum para pemimpin di antara kalian atau para pemimpin di antara orang-orang beriman. Sedangkan para politisi partai tadi meyakini jika diri mereka terpilih menjadi wakil rakyat atau pemimpin sosial berarti mereka dengan segera akan diperlakukan sebagai bagian dari Ulil Amri Minkum. Dan hal itu akan menyebabkan mereka memiliki keistimewaan untuk ditaati oleh para konstituen. Selain orang-orang yang sibuk menghamba kepada Allah semata, mana ada manusia yang tidak suka dirinya mendapatkan ketaatan ummat? Itulah sebabnya ayat ini sering dikutip di musim kampanye. Namun sayang, mereka umumnya hanya mengutip sebaian saja yaitu يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُم ”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu.” QS. An-Nisa [4] 59 Mereka biasanya hanya membacakan ayat tersebut hingga kata-kata Ulil Amri sesudahnya jarang dikutip. Padahal justru bagian selanjutnya yang sangat penting. Mengapa? Karena justru bagian itulah yang menjelaskan ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum. Bagian itulah yang menjadikan kita memahami siapa yang sebenarnya Ulil Amri Minkum dan siapa yang bukan. Bagian itulah yang akan menentukan apakah fulan-fulan yang berkampanye tersebut pantas atau tidak memperoleh ketaatan ummat. Dalam bagian selanjutnya Allah berfirman فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ”Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Qur’an dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” QS. An-Nisa [4] 59 Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum yang sebenarnya ialah komitmen untuk selalu mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada Allah Al Qur’an dan Rasul sunnahnya. Para pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak mungkin akan rela menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur’an dan Sunnah Ar-Rasul. Sebab mereka sangat faham dan meyakini pesan Allah يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al-Hujurat [49] 1 Sehingga kita jumpai dalam catatan sejarah bagaimana seorang Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu di masa paceklik mengeluarkan sebuah kebijakan ijtihadiberupa larangan bagi kaum wanita beriman untuk meminta mahar yang memberatkan kaum pria beriman yang mau menikah. Tiba-tiba seorang wanita beriman mengangkat suaranya mengkritik kebijakan Khalifah seraya mengutip firman Allah yang mengizinkan kaum mu’minat untuk menentukan mahar sesuka hati mereka. Maka Amirul Mu’minin langsung ber-istighfar dan berkata ”Wanita itu benar dan Umar salah. Maka dengan ini kebijakan tersebut saya cabut kembali…!” Subhanallah, demikianlah komitmen para pendahulu kita dalam hal mentaati Allah dan RasulNya dalam segenap perkara yang diperselisihkan. Adapun dalam kehidupan kita dewasa ini segenap sistem hidup yang diberlakukan di berbagai negara —baik negara Muslim maupun Kafir— ialah mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada selain Allah Al-Qur’an dan Rasul sunnahnya. Tidak kita jumpai satupun tatanan kehidupan modern yang jelas-jelas menyebutkan bahwa ideologi yang diberlakukan ialah ideologi Islam yang intinya ialah mendahulukan berbagai ketetapan Allah dan RasulNya sebelum yang lainnya. Malah sebaliknya, kita temukan semua negara modern yang eksis dewasa ini memiliki konstitusi buatan manusia, selain Al-Qur’an dan AsSunnah An-Nabawiyyah, yang menjadi rujukan utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Seolah manusia mampu merumuskan konstitusi yang lebih baik dan lebih benar daripada sumber utama konstitusi yang datang dari Allah subhaanahu wa ta’aala. Bila demikian keadaannya, berarti tidak ada satupun pemimpin negeri di negara manapun yang ada dewasa ini layak disebut sebagai Ulil Amri Minkum yang sebenarnya. Pantaslah bilamana mereka dijuluki sebagai Mulkan Jabbriyyan sebagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebutkan dalam hadits beliau. Mulkan Jabbriyyan artinya para penguasa yang memaksakan kehendaknya seraya tentunya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Adapun masyarakat luas yang mentaati mereka berarti telah menjadikan para pemimpin tersebut sebagai para Thoghut, yaitu fihak selain Allah yang memiliki sedikit otoritas namun berlaku melampaui batas sehingga menuntut ketaatan ummat sebagaimana layaknya mentaati Allah. Na’udzubillahi min dzaalika. Keadaan ini mengingatkan kita akan peringatan Allah mengenai kaum munafik yang mengaku beriman namun tidak kunjung meninggalkan ketaatan kepada Thoghut. Padahal Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk meninggalkan para Thoghut bila benar imannya. أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا ”Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya.” QS. An-Nisa [4] 60 Sungguh dalam kelak nanti di neraka penyesalan mereka yang telah mentaati para pembesar dan pemimpin yang tidak menjadikan Allah dan RasulNya sebagai tempat kembali dalam menyelesaikan segenap perkara kehidupan. يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata “Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at pula kepada Rasul”. Dan mereka berkata “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. QS. Al-Ahzab [33] 66-68
BahuBegum's name was Amanat-uz Zahra and her eunuch Jawahar Ali Khan built an Imambara in Faizabad. Browse and listen to full catalogue of old and latest new Hindi album songs on JioSaavn. Buri bahu Buri bahu Tomb of Bahu Begum. Sunayana Fozdar is born and brought up in Mumbai Maharashtra.
Muslim chapter Al-jumah] An example of this Bid'ah is given by Hafiz Ibn Al-Qayyim who writes: 'The one who denies the punishment of the grave is an innovater'. [Kitaab-ur-Rooh chap10] PROOF OF BID'AH HASANA Allah Ta'ala says in the Holy Qur'an: "And we ordained in the hearts of those who followed him Compassion and Mercy.
Agaris main koi kami-bayshi payain to Majlis-e-Tarajim ko aagah kar key Sawab key haqdar baniye. Translation Majlis (Dawat-e-Islami) Alami Madani Markaz, Faizan-e-Madina, Mahalla Saudagran, Old
Buryingthe body of a deceased Muslim. - The qabr (grave) should be deep and wide. - The qabr (grave) should preferably have a lahd (crevice on the side of the grave facing the qiblah), which is covered with un-burnt bricks. - The body of the deceased should be placed on his right side facing the qiblah.

Allama Ibn Kathir in his book, Mawlid-ur-Rasool-ullah (Peace be upon him) writes, "The Night of the Prophet's birth is a magnificent, noble, blessed and holy night, a night of bliss for the believers, pure, radiant with lights, and of immeasurable price." [page 19] Also

Sioda.
  • vdzp51cjyo.pages.dev/83
  • vdzp51cjyo.pages.dev/263
  • vdzp51cjyo.pages.dev/279
  • vdzp51cjyo.pages.dev/281
  • vdzp51cjyo.pages.dev/220
  • vdzp51cjyo.pages.dev/49
  • vdzp51cjyo.pages.dev/271
  • vdzp51cjyo.pages.dev/74
  • vdzp51cjyo.pages.dev/390
  • ati ullah wa ati ur rasool quran